Menelusuri Jejak Revolusi Sepak Bola Arab Saudi: Dari Yang Tak Dikenal Hingga Jadi Sorotan dunia

Terdengar seperti sebuah dongeng yang tak mungkin terjadi: bintang-bintang sepak bola papan atas dunia seperti Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, N’Golo Kanté, dan Neymar telah bergabung dengan Saudi Pro League (SPL) – liga sepak bola kasta teratas di Arab Saudi. Tidak ada yang dapat memungkiri, fakta ini telah mengguncangkan dunia sepak bola dan mengubah pandangan kita tentang apa yang bisa dicapai oleh sebuah liga yang sebelumnya hampir tak dikenal.

Sebuah pertanyaan yang mungkin menghantui pikiran banyak orang adalah: bagaimana mungkin SPL, entitas yang dahulu tidak terdengar namanya, tiba-tiba menjadi topik utama dalam percakapan sepak bola global? Kita harus berangkat dari awal perjalanan.

Cristiano Ronaldo calls 500th goal ‘great feeling’ in ‘very solid’ win for Al-Nassr (Credit: Goal.com)

Pendekatan Arab Saudi dalam dunia sepak bola internasional pertama kali mencuri perhatian saat Dana Investasi Publik (PIF) mereka mengakuisisi klub sepak bola Inggris, Newcastle United, pada tahun 2021. Di saat akuisisi tersebut terjadi, Newcastle tengah merana di peringkat kedua terbawah Liga Utama Inggris (EPL). Namun, dengan menggelontorkan dana sekitar 250 juta poundsterling untuk merekrut pemain-pemain baru, pemilik Saudi berhasil mengubah nasib klub dalam satu musim. Newcastle mampu mempertontonkan peningkatan drastis, meraih posisi keempat di EPL, dan memastikan tempatnya di panggung Liga Champions Eropa tahun depan.

Tidak puas hanya dengan itu, PIF kemudian mengumumkan Proyek Investasi dan Privatisasi Klub Olahraga pada awal Juni tahun ini. Proyek ambisius ini bertujuan mengubah empat klub Saudi – Al Ittihad, Al Ahli, Al Nassr, dan Al Hilal – menjadi perusahaan dengan kepemilikan saham mayoritas 75 persen oleh PIF dan 25 persen oleh yayasan nirlaba yang berbeda. Langkah ini secara tegas mengakhiri kendali Kementerian Olahraga Arab Saudi terhadap klub-klub SPL yang sebelumnya sangat bergantung pada dukungan keuangan dari kementerian.

Namun, apa yang mendorong Arab Saudi untuk menggelontorkan miliaran dolar dalam investasi olahraga? Pertanyaan ini tidak bisa dijawab dengan sebatas satu alasan saja. Di satu sisi, ada pandangan bahwa kerajaan ingin mendiversifikasi ekonomi dan meningkatkan sektor pariwisata sesuai dengan ambisi Visi 2030 Arab Saudi. Namun, tidak dapat disangkal pula bahwa ada upaya untuk memperbaiki citra Arab Saudi di dunia Barat melalui apa yang disebut sebagai “sportswashing”.

Vision 2030: The Future of Saudi Arabia (Credit: Gelumpai. ID)

Tak terelakkan, sorotan media internasional terhadap SPL semakin intens dengan kehadiran bintang sepak bola terbesar dunia. Langkah mengejutkan dalam penandatanganan kontrak dengan Cristiano Ronaldo pada Desember 2022 adalah titik awalnya. Ronaldo, salah satu pemain terbaik dalam sejarah sepak bola, mendapatkan kontrak dengan Al Nassr dengan gaji yang disebut-sebut sebagai yang terbesar dalam sejarah sepak bola, mencapai hampir 200 juta euro per tahun.

Langkah ini tidak hanya menjadi berita yang mencengangkan, tetapi juga membuka pintu bagi kontrak-kontrak besar lainnya. Karim Benzema menandatangani kontrak senilai 643 juta dolar dengan Al Ittihad, sedangkan rumor mengenai kesepakatan senilai satu miliar dolar dalam dua tahun untuk Lionel Messi berseragam Al Hilal turut mencuat.

Namun, di balik sorotan gemerlap transfer ini, terdapat bayang-bayang kontroversi hak asasi manusia yang terus menghantui. Terma “sportswashing” kerap muncul dalam konteks pembahasan investasi olahraga Arab Saudi. Organisasi hak asasi manusia seperti Human Rights Watch mengungkapkan keprihatinan atas keputusan FIFA memberikan hak sponsorship kepada otoritas pariwisata Arab Saudi untuk Piala Dunia Wanita 2023, meski catatan hak asasi perempuan di negara tersebut menuai kontroversi.

Namun, jauh dari kontroversi, model bisnis SPL berfokus pada penandatanganan bintang-bintang sepak bola untuk meningkatkan nilai dan daya saing liga secara keseluruhan. SPL bercita-cita menjadi salah satu dari sepuluh liga terbaik di dunia, sebuah ambisi yang tentu tidak mudah diwujudkan. Saat ini, SPL masih terdampar di peringkat lima puluh delapan dalam daftar liga sepak bola berkualitas tertinggi di dunia menurut Twenty-First Group.

Tantangan nyata yang dihadapi SPL adalah menarik bakat-bakat muda seperti Kylian Mbappé dan Erling Haaland untuk merantau dari Eropa dan bermain di Arab Saudi. Meski SPL tengah menggaet bintang-bintang ternama, stigma sebagai “liga pensiun” masih melekat pada liga ini. Namun, dampak positif dari kedatangan bintang-bintang ternama seperti Cristiano Ronaldo tidak bisa diabaikan begitu saja.

Ketika Ronaldo merapat ke Al Nassr, jumlah pengikut klub ini di media sosial melonjak dari 864 ribu menjadi lima belas juta. Angka ini mencerminkan dampak besar yang bisa diciptakan oleh para pemain legenda ini, yang tidak hanya memperkaya dunia sepak bola Arab Saudi, tetapi juga mendukung pertumbuhan industri pariwisata dan pendapatan dari berbagai sektor terkait.

Namun, SPL hanyalah bagian dari gambaran yang lebih besar. Investasi Arab Saudi di dunia olahraga tidak hanya berhenti pada sepak bola. Liga golf LIV, yang juga didukung oleh PIF dengan investasi dua miliar dolar, berhasil menarik perhatian para pemain golf ternama seperti Phil Mickelson. Bahkan, PIF berhasil mengakhiri pertempuran hukum yang melibatkan Professional Golfers’ Association Tour dan LIV Golf, yang memberikan dampak besar pada dunia golf internasional.

Tidak hanya itu, Arab Saudi juga menawarkan dukungan dalam bentuk pembangunan stadion olahraga baru di Yunani dan Mesir sebagai bagian dari upaya mereka untuk bergabung dalam penawaran Piala Dunia 2030. Puncaknya, Arab Saudi tengah merencanakan untuk menjadi tuan rumah Asian Winter Games 2029, dan bahkan telah menunjukkan minat untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2036.

Tantangan berat tampaknya juga akan muncul dari tetangga-tetangga Arab Saudi di Teluk, seperti Qatar dan Uni Emirat Arab, yang juga telah melancarkan investasi besar dalam sepak bola internasional dan industri olahraga. Dengan perkembangan besar dalam investasi sepak bola Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab mungkin juga akan meningkatkan liga sepak bola domestik mereka serta pengeluaran dalam berbagai bidang olahraga.

Sejauh ini, apa yang terjadi di panggung sepak bola dunia adalah bukti konkret bahwa Arab Saudi sedang merevolusi dunia olahraga internasional. Tradisi dominasi Eropa dan Barat dalam sepak bola sedang digoyahkan oleh langkah berani Arab Saudi. Investasi besar dalam sepak bola dan berbagai cabang olahraga lainnya bukan hanya untuk tujuan ekonomi dan sosial semata, tetapi juga sebagai pernyataan kemampuan dan keinginan Arab Saudi untuk merombak sektor-sektor lain dalam upaya untuk meningkatkan pengaruh mereka dalam kancah internasional. Dengan langkah-langkah berani ini, Arab Saudi telah membuka lembaran baru dalam sejarah olahraga global, dan masa depan sepak bola serta dunia olahraga lainnya nampak lebih berwarna dan tak terduga.

Leave a comment