Selamat Datang Revolusi Industri Keempat ! *

“Selamat datang di masa depan”.

Kutipan itu mungkin tampak klise, namun meninggalkan pesan yang bermakna bagi siapapun yang sudah menyaksikan film dokumenter garapan National Geographic. Film berjudul Year Million Eternity: Future Humans ini, sukses menggambarkan semakin majunya kehidupan manusia di masa yang akan datang berkat adaptasi teknologi.

Pic+suggestion+1+(1)

Bagaimana tidak, pada pembukaan film tersebut saja, pertunjukan orkestra tidak mesti digelar di ruangan besar nan megah. Hanya dengan ruangan kecil—dimana seluruh orang telah terkoneksi otaknya dengan perangkat digital, setiap dari mereka mampu memerankan diri sebagai pemain cello tanpa harus memainkannya langsung. Atmosfer yang ditampilkan semirip mungkin dengan pertunjukan orkestra di dunia nyata.

Tidak berhenti disitu, film berdurasi 47 menit ini juga menyuguhkan gambaran makan malam di masa depan. Di depan meja makan, sebuah keluarga melakukan percakapan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun dari mulutnya. Cip kecil yang tertanam di dalam otak membuat mereka berkomunikasi secara telepati melalui perantara internet. Praktis, mulut mereka hanya digunakan untuk menyantap hidangan yang tersedia, karena kecepatan otak bekerja jauh lebih cepat daripada mulut dalam berkomunikasi.

Dunia yang Berubah 

Barangkali, film dokumenter ini tampak serupa dengan film bergenre fiksi ilmiah. Namun demikian, belajar dari revolusi industri yang berkembang sebelumnya, apa yang ditampilkan dalam film tersebut tidak mustahil bakal terjadi. Untuk itu, kisah Wright Bersaudara—Orville Wright & Wilbur Wright—menjadi contoh nyata tentang dunia yang telah berubah melampaui ekspektasi manusia.

Pada tahun 1905, Wright Bersaudara menerbangkan pesawat kayu dan besi berlapis kanvas—meskipun dalam kondisi tidak sempurna— di dekat wilayah berbukit pasir di North Carolina. Lalu hanya berselang 50 tahun, mimpi Wright Bersaudara mulai terwujud dengan kemunculan Boeing 707, pesawat sipil pertama yang laris dengan fitur jauh lebih baik kala itu.

Dunia yang berubah begitu cepat ini, tidak terlepas dari empat genarasi revolusi industri yang telah dan sedang terjadi. Kedua revolusi awal ini  dikategorikan sebagai otomatisasi analog. Secara khusus, Revolusi Industri Pertama mengandalkan mesin uap sebagai penggerak utama produksi. Sedangkan, Revolusi Industri Kedua memperkenalkan ketenagalistrikan untuk mendukung produksi massal dan lini perakitan.

Kedua revolusi terakhir dikategorikan sebagai otomatisasi digital. Hal ini tidak terlepas dari karakter Revolusi Industri Ketiga yang mengandalkan perangkat elektronik dan teknologi informasi dalam proses produksi. Sedangkan, Revolusi Industri Keempat muncul sebagai pengembangan Revolusi Industri Ketiga, yang dicirikan melalui peleburan antara dunia fisik, biologis, dan digital dalam satu ekosistem. Singkatnya, Revolusi Industri saat ini serupa dengan tayangan film dokumenter yang telah dibahas di awal.

Fase Digitalisasi

Untuk mencapai Revolusi Industri Keempat, ada tiga fase pengembangan digitalisasi yang harus dilampaui. Pertama, fase awal, dimana suatu negara memiliki tingkat penetrasi internet yang rendah. Fase ini menekankan pentingnya penguatan fondasi digitalisasi melalui pengurangan hambatan akses informasi dan peningkatan literasi digital.

Kedua, fase transisi, dimana penetrasi internet di suatu negara telah menyentuh hampir seluruh lapisan masyarakat. Fase ini menekankan penggunaan internet untuk menyelesaikan persoalan rumit sehingga membutuhkan pengembangan SDM dengan kemampuan berpikir kompleks (High-Order Cognitive Skills).

Ketiga, fase transformasi, dimana suatu negara telah bertransformasi ke dalam masyarakat digital yang menghasilkan aktivitas ekonomi yang inklusif, efisien, dan inovatif. Untuk itu, pengembangan SDM pada fase ini berfokus pada kecakapan teknologi dan informasi mutakhir dan menjurus pada Science, Technology, Engineering, & Mathematics (STEM).

Setelah seluruhnya berjalan mulus, ada tiga pihak yang bakal menuai manfaat yaitu (i) sektor bisnis, berupa perluasan produk yang dipasarkan; (ii) sektor rumah tangga, berupa peningkatan akses masyarakat dalam aktivitas ekonomi; (iii) sektor pemerintahan, berupa peningkatan efektivitas pelayanan publik.

Fondasi yang Rapuh

Sayangnya, mimpi yang indah tentang Revolusi Industri Keempat masih jauh panggang dari api. Mari kita ambil contoh Sulawesi Selatan, salah satu provinsi dengan laju aktivitas ekonomi tertinggi di Indonesia selama satu dasawarsa terakhir.

Statistik Daerah Sulawesi Selatan menemukan bahwa pada tahun 2017, hanya sekitar 55,95 persen dari seluruh rumah tangga di Sulawesi Selatan mengaku mengakses internet selama tiga bulan terakhir. Hal yang tidak jauh berbeda ditunjukkan pada kepemilikan telepon seluler yang lazimnya merupakan perangkat untuk mengakses internet. Sekitar 60,30 persen dari seluruh rumah tangga di Sulawesi Selatan yang memiliki telpon seluler pada tahun 2017. Namun begitu, ada kemungkinan bahwa tidak seluruh telpon seluler yang dimiliki telah dibekali perangkat internet.

Sektor bisnis di sisi lain menghadapi tantangan yang tidak kalah berat. Sekitar 45,37 dari total tenaga kerja di Sulawesi Selatan bekerja di sektor pertanian. Jumlah tenaga kerja tersebut tidak sebanding dengan kontribusinya terhadap nilai tambah ekonomi, hanya sebesar 23,29 persen. Produktivitas tenaga kerja yang rendah dan inisiatif untuk mempertahankan sektor usaha padat karya oleh pemerintah menjadi dilema tersendiri bagi sektor bisnis. Padahal, lingkungan bisnis ke depan makin dinamis.

Tidak cuma di sektor rumah tangga dan bisnis, pemerintah daerah sebagai representasi sektor publik belum tampak menjanjikan. Kemkominfo pada tahun 2016 menyebutkan bahwa sistem tata kelola pemerintahan berbasis elektronik (e-government) yang dimiliki Sulawesi Selatan, masih kalah dengan provinsi tetatangganya, Gorontalo. Alhasil, tidak ada nama Sulawesi Selatan dalam daftar 10 provinsi dengan e-government terbaik.

Dengan fondasi pengembangan digital yang rapuh, kecemasan kita sungguh beralasan. McKinsey dalam laporannya menyebutkan bahwa dampak Revolusi Industri Keempat 3.000 kali lebih dahsyat dibandingkan efek Revolusi Industri Pertama.  Ada tiga dampak mengerikan yang ditimbulkan Revolusi Industri Keempat. Pertama, maraknya monopoli akibat lemahnya pengaturan persaingan usaha. Kedua, melebarnya ketimpangan akibat ketidakmampuan sekelompok orang mengadopsi digitalisasi dalam aktivitas sehari-hari. Ketiga, lemahnya kapasitas pemerintah dalam pelayanan publik karena ketidakmampuan merespons masalah yang kian kompleks.

Tiga Usulan

Agar fondasi pengembangan digital menjadi solid, ada tiga langkah yang bisa ditempuh oleh Sulawesi Selatan. Pertama, memperluas akses teknologi informasi terutama pada daerah tertinggal. Setelah itu, perluasan teknologi informasi harus dibarengi dengan literasi digital agar digitalisasi mengangkat taraf hidup masyarakat.

Kedua, perumusan kebijakan publik harus berbasis bukti. Untuk itu, sistem informasi tidak sekadar mengumpulkan informasi sebanyak mungkin  namun terintegrasi sehingga dapat menghubungkan seluruh stakeholder dalam pengambilan kebijakan.

Ketiga, melakukan pemetaan terhadap sektor usaha dan area prioritas pelayanan publik yang perlu didigitalisasi. Sejauh ini, sektor usaha yang paling siap adalah sektor jasa dan perdagangan, baru setelahnya sektor industri dan pertanian, sedangkan area prioritas pelayanan  mencakup transfer tunai, perpajakan dan perizinan daerah, serta pengadaan barang dan jasa.

Sebagai penutup, mari menyambut tahun ini dengan ucapan; Selamat Datang Revolusi  Industri Keempat !

*Tulisan ini diterbitkan di Palopo Pos Edisi 2 Januari 2019

2 thoughts on “Selamat Datang Revolusi Industri Keempat ! *

Leave a comment